Read-a-Thon Hari #2 & #3: Tentang Kumpulan Cerita Absurd




Buku yang selesai dibaca: Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa, Maggie Tiojakin
Buku yang sedang dibaca: Halaman 44 dari 135 Cukup Sekian Cerita Cinta untuk Hari Ini, Rieke Saraswati

Saya jatuh cinta dengan buku ini bahkan sejak membaca judulnya. Ceritanya, saya bersama seorang teman semasa sekolah, selama bertahun-tahun, memiliki keyakinan bahwa kami adalah alien yang sedang berusaha menjadi penghuni bumi yang baik. Tak heran banyak yang bilang kami aneh. Tak heran juga kami nyambung. Jadi saya selalu suka dengan banyak hal berbau luar angkasa. Begitulah alasan sederhana kenapa saya memutuskan membaca kumpulan cerpen ini.
Sebenarnya nama penulisnya tak asing di telinga. Saya adalah penggemar web Fiksi Lotus yang memuat cerpen-cerpen karya penulis luar yang diterjemahkan oleh penulis kumcer ini, Maggie Tiojakin. Buku ini menjadi perkenalan pertama saya dengan tulisan fiksi penulisnya (bukan terjemahan).
Hal lain yang kemudian bikin saya jatuh cinta adalah keterangan “Kumpulan Cerita Absurd” di bagian depan. Kalimat di cover belakangnya juga bawa-ke-kasir-able kalau saja menemukannya di toko buku.
Kemudian, saya membiarkan diri saya tersesat dalam cerita-cerita di buku ini. Saya tidak tahu seberapa jauh saya tersesat dan apakah saya bisa kembali atau malah membuka jalan menuju tempat baru yang menawarkan banyak hal yang lebih tidak terduga. Penulis buku ini telah menyesatkan saya pada jenis cerita absurd dan diluar dari pola cerita yang selama ini saya suka.
Begini, begini, begini. Agak pusing juga jelasinnya. Katakan selama ini, cerpen yang bagus menurut banyak orang adalah model cerpen yang ada di media A atau B atau C misalnya. Polanya biasanya sama. Dibuka dengan bagus, narasi, deskripsi dan diksi tertentu hingga endingnya yang mengejutkan.
Nah, dalam buku ini, penulisnya membuat cerita di luar pola yang biasa kita temukan. Lebih tepatnya saya temukan. Karena lingkup bacaan saya tak begitu luas, jadi saat menemukan sesuatu yang berbeda, rasanya sedikit ganjil. Anehnya saya suka. Barangkali penulis lain berusaha membuat tulisan yang akan disukai pembaca, penulis kumcer ini menulis dengan caranya sendiri dan sengaja atau tidak “menyeret” pembaca untuk menyukai pola tulisan yang dia gunakan. Setidaknya, begitu yang saya rasakan.
Saya suka dengan pemilihan nama tokoh dan tempat yang tidak lazim. Saya juga suka dengan gaya bercerita penulisnya yang mengangkat hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari ke dalam cerita yang temanya serius.
Misal, cerpen Kristalnacht yang bercerita tentang penyerangan terhadap Yahudi oleh Nazi tahun 1938, ada adegan ketika tokoh utama yang sedang diwawancara meminta korek, lalu wawancara terus berlanjut hingga rokoknya habis. Beberapa saat kemudian, dia kembali ingin menyulut rokok dan meminta korek kembali.
-Boleh pinjam koreknya lagi?
-Masih di situ.
-Oh.
Adegan ini bikin saya ngakak. Hal ini kan biasa terjadi, kan? Misal kita pinjam pulpen, terus melakukan sesuatu dan beberapa saat kemudian kita kembali meminta pulpen, lupa kalau pulpen masih ada di meja atau genggaman kita.
Contoh lain, dalam cerpen Saksi Mata, ada banyak tokoh yang digambarkan sedang melakukan ritual yang biasa dilakukan saat malam hari. Salah satunya:
“...Sebuah game show tengah berlangsung, di mana para kontestan berlomba menebak judul-judul lagu yang didengarkan selama beberapa detik lewat speaker raksasa di studio. Setiap kali penonton studio mendesah, Borbona ikut mendesah. Bila mereka bertepuk tangan, ia ikut melakukannya dengan penuh semangat. Dan saat kontestan favoritnya gagal menebak lagu yang sangat populer, Borbona segera mengganti channel seraya mendengus sewot.”
Kejadiannya remeh temeh kan, tetapi dengan kekuatan deskripsi semacam itu tidak lantas membuat saya bosan. Justru lebih banyak show daripada tell bikin saya masuk ke dalam cerita, mengakrabi tokohnya dan ikut terlibat secara emosi.
Begitu juga saat saya membaca cerpen Dia, Pemberani, tentang seorang lelaki yang memiliki kesenangan berpetualang dan menantang bahaya sampai membuat pasangannya khawatir setengah mati. Tanpa sengaja saya mengeluarkan suara, memaki tokohnya sampai teman saya bertanya, Are you okay, Mpit?
Saya merasa beruntung karena mendapatkan buku yang tak banyak beredar di pasaran ini. Saya juga berencana membacanya lagi suatu saat nanti. Sebab dari buku jelek saja ada hal yang bisa dipelajari, apalagi dari buku-buku bagus, ya kan?

Comments

  1. Cerita yg di luar tema biasa memang selalu menarik tuk dibaca, klo aku sukanya dongeng terjemahan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup betul!
      Waaw asik kayanya. Ada rekomendasi judulnya?

      Delete
  2. hahaha cocok banget buat bahan open mic :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Open mic apaan? Hehe

      Makasih sudah mampir ya ;)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Read-a-Thon Desember 2015

Read-a-Thon Hari #4: Kumpulan Cerita Cinta Kelam

Read-a-Thon Hari #5, #6, #7 & Wrap-Up: Reading Slump